Tuesday, January 23, 2007

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI MASA DEPAN DI INDONESIA

LATAR BELAKANG
Indikator ekonomi makro Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan. Dengan mulai pulihnya perekonomian nasional diharapkan pada tahun-tahun mendatang pembangunan infrastruktur dan dunia industri konstruksi pada umumnya dapat bergairah kembali. Hal ini tentu saja akan berdampak pada kebutuhan teknologi untuk mendukung penyelenggaraan industri konstruksi tersebut dapat berjalan dengan baik sehingga produknya dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat penggunanya sesuai dengan standar yang berlaku.
Pemilihan teknologi konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan tidaklah sederhana. Teknologi terkait dengan berbagai dimensi alam dan kehidupan manusia. Lingkup penerapan dan pemanfaatannya pun sangat luas, dari yang sangat sederhana sampai dengan impian masa depan. Departemen Pekerjaan Umum sangat beruntung karena sejak deklarasi kemerdekaan, khususnya sejak dicanangkannya pembangunan lima tahun, telah diberi kesempatan untuk menerapkan berbagai teknologi dengan tingkat kerumitan yang bervariasi.
Produk penerapan teknologi, termasuk di dunia konstruksi, sangat tergantung pada kualitas SDM yang melaksanakannya. Konsistensi produktivitas SDM tergantung pada banyak variabel baik internal maupun eksternal. Salah satu variabel eksternal yang sangat diperlukan adalah tersedianya norma, standar, pedoman, dan manual untuk mendukung penerapan teknologi tersebut sejak tahap perencanaan sampai dengan operasi dan pemeliharaannya. NSPM yang sering diperlukan berupa Code of Conduct dan Standard Practices yang memuat panduan minimum apabila dilaksanakan dalam kondisi normal. Dengan adanya codes dan standards, profesionalisme SDM dapat dilaksanakan secara akuntabel dan auditabel.
Identifikai kebutuhan teknologi masa depan sebagaimana tema yang diambil dalam seminar nasional ini diperlukan untuk pengembangan SDM dan kebutuhan NSPM pendukungnya. Dalam Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi telah diwajibkan bagi setiap tenaga perencana, pelaksana dan pengawas di bidang konstruksi untuk memiliki sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi terakreditasi. Pengaturan ini akan lebih meningkatkan jaminan keamanan dan keslamatan bagi setiap pengguna jasa konstruksi. Uji kompetensi dalam proses sertifikasi tentu saja akan mencakup codes dan practices yang berlaku sesuai dengan keahlian atau keterampilan pelaku yang bersangkutan.


TIPIKAL PERMASALAHAN DAN TANTANGAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI DI INDONESIA

Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan teknologi pada bidang konstruksi di Indonesia dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Apabila dilihat dari sisi manfaat teknologi bagi penyelenggaraan konstruksi dalam proses pembangunan, permasalahan sekurang-kurangnya dapat dikelompokkan 8 tipikal permasalahan dan tantangan sebagai berikut:
1. Kebutuhan teknologi bangunan konvensional untuk memenuhi kebutuhan dasar infrastruktur
2. Kebutuhan teknologi sederhana/ tepat guna yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat awam
3. Kebutuhan teknologi untuk meningkatkan durabilitas/ usia rencana hasil pembangunan konstruksi
4. Kebutuhan teknologi untuk meningkatkan pelayanan sesuai dengan peningkatan kebutuhan masyarakat
5. Kebutuhan teknologi untuk menjawab tantangan keterbatasan ruang terbuka di perkotaan
6. Kebutuhan teknologi untuk menjawab tantangan kondisi dan bentang alam
7. Kebutuhan teknologi untuk menunjukkan ciri-ciri khusus komunitas: negara/ daerah/ kawasan
8. Kebutuhan teknologi untuk menjawab persaingan pasar konstruksi antar negara di masa depan.

PRINSIP PENYELESAIAN PERMASALAHAN

Permasalahan dan tantangan dalam rangka memenuhi kebutuhan teknologi di atas, tergantung pada beberapa aspek yang terkait dengan ketersediaan sumber daya, identifikasi kebutuhan dan penyediaannya, tingkat efisiensi dan efektifitasnya, dan konsistensi dalam penerapannya.
Sumber daya alam atau buatan yang paling sering dibutuhkan dalam konstruksi adalah material. Penerapan teknologi sederhana dan tepat guna diupayakan untuk menggunakan material lokal. Namun tidak selamanya hal ini dapat dilakukan. Diperlukan teknologi tertentu untuk memperbaiki sifat-sifat material. Walaupun teknologi pelaksanaan konstruksinya sederhana namun pengembangan teknologi materialnya memerlukan penguasaan ilmu yang cukup maju . Oleh karena itu, diperlukan codes dan practices agar pelaksana di lapangan dapat langsung menggunakannya di lapangan. Untuk mendukung pengembangan teknologi material, organisasi Departemen PU telah didukung Badan Penelitian dan Pengembangan yang saat ini sudah menghasilkan berbagai NSPM, khususnya di bidang PU. Selain itu, mulai tahun 2006 ini Departemen PU telah bekerja sama dengan Universitas Gajah Mada untuk mendidik SDM di bidang PU dari seluruh wilayah Indonesia. Kerjasama pendidikan ini diharapakan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan memadai dalam teknologi material.
Sebagaimana telah dikemukakan di muka, pemilihan teknologi yang akan diterapkan pada berbagai permasalahan di atas sangat tergantung pada ketersediaan SDM. Pada setiap tahap kegiatan konstruksi dibutuhkan berbagai SDM dengan klasifikasi dan kualifikasi tertentu. Selain SDM pelaku langsung konstruksi, penerapan teknologi konstruksi sering kali membutuhkan kesiapan masyarakat untuk menerimanya. Dep. PU telah memiliki banyak pengalaman pahit atas penolakan masyarakat yang menyebabkan pelaksanaan proyek terlambat dan menyisakan anggaran pembangunan yang tidak dapat diserap pada waktunya. Untuk itu, organisasi Balitbang PU saat ini telah didukung Pusat Pengkajian Sosial Ekonomi Budaya dan Peran Masyarakat yang telah menghasil berbagai NSPM yang diperlukan untuk mengantisipasi berbagai permasalahan nonteknis.
Data terkait dengan ketersediaan sumber daya, tenaga konstruksi, kemasyarakatan dan data-data lain yang sering berpengaruh dalam penyelenggaraan konstruksi perlu dikemas dalam suatu sistem informasi yang mudah diakses oleh berbagai pemangku kepentingan. Pembangunan sistem informasi bukan hal yang sederhana. Selain biaya dan keahlian yang memadai, unit kerja pengelola sistem informasi perlu didukung sikap profesional setiap pelakunya khususnya dalam hal kecintaan terhadap profesi, kedisiplinan dan ketekunan. Tentu saja organisasi harus mendukung pengembangan sikap tersebut dengan sistem penghargaan yang setara dengan keahlian lainnya. Pengembangan sistem informasi dalam suatu unit kerja sering tidak efektif karena ketidakjelasan pengembangan karier bagi para pelakunya. Organisasi Dep. PU didukung dua unit kerja setingkat eselon II yang membidangi sistem informasi, yaitu terkait dengan pengolahan data untuk kepentingan pengambilan keputusan dan publikasi kepada masyarakat. Untuk mendukung tugasnya unit kerja tersebut telah dilengkapi dengan website yang relatif mudah diakses oleh setiap pemangku kepentingan.
Yang masih sering terjadi adalah teknologi konstruksi yang disediakan ternyata tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Memang tidak mudah memetakan kebutuhan masyarakat yang strukturnya tidak homogen. Yang sering tampak ke permukaan adalah kelompok dominan dalam struktur masyarakat yang tidak selalu mewakili seluruh elemen masyarakat. Identifikasi kebutuhan masyarakat tidak sama dengan identifikasi keinginan masyarakat. Dalam jangka panjang pemenuhan keinginan masyarakat yang tidak didukung dengan kajian yang seksama sering menjadi kurang bermanfaat karena memang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Jalan desa yang selalu beraspal, sistem pengolahan limbah yang memerlukan dukungan peralatan mekanik dan elektrik, bangunan tembok di daerah gempa, dan bangunan nonpanggung di daerah pasang surut adalah sejumlah contoh kekurangberhasilan penerapan teknologi konstruksi. Oleh karena itu dukungan metode sampling sosial sangat diperlukan dalam mendukung kesuksesan pemilihan dan penerapan teknologi konstruksi.
Penerapan teknologi konstruksi yang telah sukses di suatu tempat belum tentu memberikan hasil yang sama jika diterapkan di tempat lain. Monitoring secara sistematik perlu dilakukan agar efektifitas dan efisiensi penerapan teknologi yang telah dipilih dapat dievaluasi.
Permasalahan pemenuhan kebutuhan teknologi seolah-olah sudah terjawab pada awal penerapannya. Tetapi tanpa didukung pengaturan yang adil dan konsisten dalam penegakan aturan tersebut oleh seluruh pemangku kepentingan, manfaat hasil penerapan teknologi tersebut menjadi berkurang dan malahan menimbulkan konflik yang tidak perlu dan berkepanjangan.
Oleh karena itu pemilihan teknologi dalam penyelenggaraan konstruksi harus didasarkan pada nilai efektifitas dan efisiensi. Efektifitas mencakup antara lain fungsi konstruksi, layanan rencana yang akan membebaninya, dampak terhadap lingkungan disekitarnya, dan keberlanjutan pemanfaatan fungsi konstruksi tersebut. Efisiensi mencakup aspek penggunaan material, metoda konstruksi, biaya konstruksi termasuk pra dan pasca dan ketepatan waktu perencanaan dan pelaksanaan. Hanya pada kondisi tertentu, pemilihan konstruksi tidak dimulai dari nilai-nilai efektifitas dan efisiensi, tetapi ada faktor lain nonteknis sehingga ditetapkan suatu konstruksi tertentu. Namun demikian akan selalu tersedia berbagai pilihan teknologi yang paling optimal untuk mendukung pelaksanaan konstruksi yang sudah ditetapkan tersebut.
Untuk mencapai nilai-nilai yang efektif dan efisien, pemilihan teknologi konstruksi dilakukan melalui proses sebagai berikut:
· Setiap penyelenggaraan konstruksi tentu memiliki tujuan tertentu. Konstruksi yang dibangun harus dapat berfungsi sesuai dengan tujuan tersebut. Perencana yang baik harus mampu mengidentifikasi fungsi-fungsi konstruksi yang diharapkan oleh pemilik proyek.
· Selanjutnya berdasarkan pemahaman atas fungsi-fungsi konstruksi, dapat diidentifikasi jenis dan besaran beban layan yang akan dipikul
· Sebelum melakukan pemilihan teknologi perlu dilakukan proses identifikasi kondisi tanah dan lingkungan
· Kemudian dilakukan pemilihan konstruksi dan tenologinya mencakup:
• Pemilihan struktur konstruksi
• Pemilihan material yang sesuai
• Pemilihan sistem fondasi
• Pemilihan metode konstruksi
• Pemilihan sistem modelling
• Manajemen konstruksi dan proyek

LINGKUP DAN PENERAPAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI

Konstruksi Konvensional
Konstruksi konvensional adalah konstruksi yang sudah biasa dilaksanakan dan sudah banyak tersedia penyedia jasa konstruksi yang mampu merencanakan dan melaksanakannya. Dalam jangka panjang konstruksi konvensional akan tetap diperlukan karena fungsi konstruksi ini langsung menyentuh kebutuhan dasar manusia untuk menunjang segala kegiatannya.
Teknologi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan konstruksi konvensional adalah untuk meningkatkan efisiensi dan durabilitasnya. Salah satu yang menjadi kecenderungan saat ini dan mungkin sampai jauh ke masa depan adalah teknologi untuk mendukung industri konstruksi yang menghasilkan secara massal material siap guna, misalnya beton pracetak, paving block, dan rangka atap dan penutupnya. Karena dihasilkan dengan skala industri, harga material konstruksi siap guna tersebut lebih bersaing dan kualitasnya lebih terjamin.
Konstruksi konvensional mencakup:
• Di bidang sumber daya air antara lain: bendungan, waduk, sungai, irigasi, rawa, pantai
• Di bidang transportasi antara lain: jalan dan jembatan, rel kereta api, terminal darat, udara dan laut
• Di bidang permukiman dan perumahan atau keciptakarryaan antara lain: air minum, sanitasi, limbah, sampah, gedung dan perumahan,
• Konstruksi pembangkit dan transmisi elektrik:
• Konstruksi pipa dan tunnel

Teknologi Konstruksi Sederhana/ Tepat Guna
Teknologi konstruksi sederhana adalah teknologi yang sering digunakan pada penyelenggaraan konstruksi dengan fungsi yang terbatas atau hanya memikul beban layan yang relatif ringan. Karena fungsinya terbatas konstruksi ini sering diselenggarakan oleh masyarakat secara swakelola. Namun sayang kualitas penyelenggaraannya sering diabaikan.
Lingkup pasar penyelenggaraan konstruksi sederhana sangat luas. Ketidakpahaman masyarakat sebagai pelaku konstruksi terhadap kualitas menghasilkan produk yang substandar. Secara kumulatif di tingkat nasional, kerugian akibat substandar ini menimbulkan kerugian yang nilainya sangat besar. Oleh karena itu, mulai sekarang pengembangan untuk mendukung penerapan teknologi konstruksi sederhana perlu mendapatkan prioritas. Yang sangat mendesak adalah penyediaan NSPM yang bersifat user friendly sehingga masyarakat dengan mudah memahaminya. Terlihat permasalahannya seperti sederhana padahal untuk menyiapkan NSPM tersebut diperlukan proses yang rumit dan melibatkan keahlian multidisiplin mencakup bidang nonteknik.
Teknologi konstruksi sederhana di masa depan akan diperlukan dalam penyelenggaraan konstruksi di bidang:
• Jalan desa dan pemukiman perumahan
• Jembatan bentang pendek dan jembatan gantung untuk pejalan kaki/ sepeda motor
• Bangunan sederhana tahan gempa dan ramah lingkungan
• Pengolahan air minum dan limbah di perdesaan dan permukiman perumahan yang belum terjangkau oleh layanan pemerintah.
• Konservasi sumber daya air pada kawasan terbatas, irigasi untuk berbagai keperluan pertanian, perikanan dan perternakan.

Peningkatan Durabilitas Konstruksi
Peningkatan durabilitas atau umur layanan konstruksi adalah cita-cita setiap pelaku penyelenggaraan konstruksi yang seharusnya diterapkan pada seluruh aspek penyelenggaraan konstruksi termasuk konstruksi konvensional, sederhana dan khusus.
Peningkatan durabilitas layanan konstruksi dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi software ataupun hardware pada setiap tahap penyelenggaraan konstruksi. Akurasi hasil perencanaan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mengkompilasi dan menganalisis data sehingga data yang dijadikan dasar analilsis lebih lengkap dan bervariasi dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Teknologi konstruksi dalam proses pelaksanaan sudah banyak dikembangkan untuk berbagai keperluan kegiatan. Pengendalian kualitas pada tahap pelaksanaan yang sebelumnya terasa sulit karena dilakukan secara manual menjadi lebih mudah. Kemudahan di sini terjadi karena didukung oleh tenaga ahli di bidangnya.
Dalam tahap pascapelaksanaan pun teknologi konstruksi sudah berkembang sedemikian rupa baik untuk keperluan pemeliharaan maupun untuk mendukung operasioanl dan sistem pengendaliannya. Sebagaimana kita ketahui sistem pengendalian operasional pemanfaatan konstruksi yang sifatnya terbuka dan karakteristik keruntuhannya berdasarkan fatiq selalu menjadi masalah besar di Indonesia. Apabila terjadi suatu jembatan atau gedung runtuh, sistem pengendalian setelah kejadian tersebut lebih mudah diterapkan karena perhatian masyarakat terfokus pada peristiwa tersebut, Namun untuk jaringan jalan, apabila terjadi keruntuhan konstruksi yang disebabkan beban berulang yang berebihan kurang mendapatkan perhatian. Padahal pengabaian dalam sistem pengendalian ini telah menyebabkan kerugian yang sangat tinggi yang akhirnya dibebankan kepada rakyat juga sebagai pembayar pajak. Teknologi informasi yang sudah berkembang pesat dapat dimanfaatkan untuk mendukung sistem pengendalian yang sifatnya real time sehingga penanganan terhadap gejala keruntuhan dapat segera dilakukan.
Ke depan, teknologi konstruksi yang diperlukan untuk meningkatkan durabilitas layanan konstruksi dapat diterapkan pada aspek sebagai berikut:
• Peningkatan kualitas perencanaan
• Peningkatan kualitas pelaksanaan
• Pengendalian operasi dan pemeliharaan
• Analisis hasil monitoring dan evaluasi sebagai umpan balik dalam penyelenggaraan konstruksi
• Pengembangan penggunaan material dan metoda pelaksanaan disesuaikan dengan karakteristik beban yang akan diterimanya

Teknologi Konstruksi dalam rangka Peningkatan Layanan
Dua isu penting yang terkait dengan peningkatan layanan konstruksi adalah tuntutan konstruksi yang lebih aman dan nyaman, dan pemenuhan atas kebutuhan mobilitas hasil industri.
Kebutuhan teknologi untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan mencakup permasalahan antara lain: pekuatan konstruksi yang sudah ada atau yang mengalami kerusakan, rekayasa material sesuai dengan kebutuhan fungsi konstruksi, dan peningkatan kapasitas jaringan jalan di perkotaan melalui peningkatan fungsi bundaran dan persimpangan tidak sebidang. Banyak jembatan di jalur pantura Pulau Jawa mengalami degradasi, khususnya jembatan yang terbuat dari rangka baja. Malahan sudah terjadi pada beberapa jembatan yang mengalami keruntuhan struktur. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan, penyebab keruntuhan pada rangka baja tersebut selain oleh beban berlebih juga akibat terjadinya vibrasi yang yang menyebabkan resonansi pada struktur jembatan tersebut. Ke depan diperlukan teknologi perkuatan yang tentu saja harus mencakup kedua pembebanan tersebut, yaitu perkuatan untuk mengurangi deformasi struktur rangka jembatan dan meninggikan kondisi frekuensi resonansi struktur agar tidak sama dengan frekuensi kendaraan berat yang sedang berhenti di atas jembatan tersebut. Selain itu tentu saja perlu dilakukan pencegahan dengan manjemen lalu lintas agar dapat dihindari atau dikurangi kendaraan berat berhenti di atas jembatan rangka.
Kebutuhan teknologi untuk meningkatkan kelancaran mobilitas hasil industri mencakup teknologi konstruksi untuk membuat rangka atap pergudangan dengan bentang yang lebih besar, peningkatan kapasitas terminal dan pelabuhan, dan peningkatan kapasitas jalan dan jembatan. Salah satu teknologi konstruksi konstruksi yang diperlukan yang saat ini sudah banyak dimanfaatkan adalah teknologi kantilever dan material buatan yang memilikik karakteristik kekuatan yang tinggi dan ringan.

Teknologi Konstruksi untuk Mengatasi Keterbatasan Ruang di Perkotaan
Karena nilai lahan di perkotaan sangat tinggi dan adanya kecenderungan kebutuhan penghuni kota untuk dekat ke tempat pekerjaannya yang biasanya berada di pusat kota, teknologi yang dipilih untuk menjawab tantangan tersebut biasanya bersifat hightech atau teknologi maju. Pemilihan ini menjadi lebih mudah karena pembiayaan penyelenggaraan konstruksi melibatkan pihak swasta.
Di masa depan kebutuhan teknologi konstruksi untuk mengatasi keterbatasan ruang terbuka di perkotaan mencakup antara lain:
• Gedung bertingkat tinggi untuk permukiman dan perkantoran
• Besmen untuk ruang parkir dan bisnis
• Reklamasi rawa dan pantai untuk perluasan wilayah yang saat ini teknologinya sudah dieterapkan antara lain di Teluk Jakarta, Bandar Lampung, Manado, dan Makasar. Ke depan pemanfaatan teknologi konstruksi ini perlu dikaji kembali dengan seksama mengingat ancaman tsunami yang sudah kita rasakan berdampak luar biasa sebagaimana terjadi di NAD, Nias, dan pantai Selatan Jawa.
• Jalan dan rel layang, subway untuk kelancaran transportasi.
• Metoda konstruksi yang dapat mengurangi gangguan terhadap kegiatan lalu lintas teransportasi perkotaan seperti sistem Sosro Bahu dan sistem jerking dalam pembuatan terowongan di bawah jalan yang volume lalu lintasnya sangat tinggi.

Teknologi Konstruksi untuk Mengatasi Kondisi dan Bentang Alam
Kebutuhan teknologi konstruksi di masa depan mencakup penyelenggaraan konstruksi antara lain:
• Perbaikan tanah dasar di daerah rawa dan tanah bermasalah lainnya
• Bangunan pengaman erosi, longsor, abrasi
• Tunnel di daerah pegunungan dan di bawah laut
• Rumah pompa, pipa dan tunnel
• Bendungan besar
• Jembatan bentang panjang: cantilever, girder box, gantung, cable stayed

Teknologi Konstruksi untuk Memberikan Identitas Daerah dan Komunitas
Kebutuhan teknologi konstruksi terkait dengan arsitektur yang cukup banyak memberikan sentuhan seni dalam konstruksi. Ke depan kebutuhan teknologi ini mencakup penyelenggaraan konstruksi yang mencakup:
• Gedung pencakar langit dengan berbagai bentuk untuk menunjukkan identitas
• Menara, patung, gerbang
• Cable stayed, arch bridge

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan di depan, yang mencakup lingkup konstruksi dan kebutuhan teknologinya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Pemanfaatan teknologi dalam industri konstruksi sangat luas
• Disamping teknologi masa depan, teknologi konvensional, sederhana dan tepat guna akan selalu dibutuhkan
• Pemilihan teknologi konstruksi perlu didukung sistem informasi yang handal
• Penerapan teknologi perlu didukung sistem manajemen konstruksi dan proyek yang handal.
• Teknologi akan tumbuh dengan baik apabila pasar jasa konstruksi berkembang dengan sehat dan kokoh.

No comments: