Thursday, July 2, 2009

Strategi Penyediaan Tenaga Ahli Konstruksi Bidang Jembatan

Strategi Penyediaan Tenaga Ahli

a. Peran Asosiasi Profesi Bidang Jembatan

Tidak menutup kenyataan bahwa ada beberapa asosiasi yang tersedia dan aktif dalam penyediaan tenaga ahli jembatan bersertifikat. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli jembatan baik jumlah dan kualitasnya, para asosiasi profesi terkait jembatan perlu mensinergikan program dan kegiatannya. Tantangan yang perlu dijawab, antara lain adalah:
a. Pemetaan profesi tenaga ahli jembatan yang disepakati secara berkala untuk menjadi acuan dalam penyusunan kerangka acuan kerja penyelenggaraan jembatan.
b. Penyusunan SKKNI untuk melengkapi kekurangannya berdasarkan hasil pemetaan tenaga ahli jembatan, dan mengkaji ulang kembali SKKNI yang sudah berlaku lebih dari 5 tahun.
c. Perumusan kesepakatan sertifikat keahlian yang wajib dimiliki oleh tenaga ahli yang bekerja di bidang jembatan. Tidak perlu dipersyaratkan kepemilikan sertifikat keahlian untuk setiap SKKNI di bidang jembatan. Konfigurasi kualifikasi tenaga ahli perlu dikaji kembali dan hasilnya disepakati bersama. UUJK mempersyaratkan kepemilikan sertifikat keahlian pada pekerjaan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, tetapi asosiasi dapat menyepakati bahwa ahli muda jembatan dapat bekerja di seluruh jenis pekerjaan dengan pengalaman maksimum 3 tahun; ahli madya diarahkan untuk penguasaan kompetensi yang lebih spesifik sebagaimana peta keahlian di atas dengan pengalaman antara 3 – 8 tahun dan/ atau digabung dengan kepemilikan sertifikat pelatihan dari lembaga terakreditasi; dan ahli utama sekurang-kurangnya kompeten di dua bidang pekerjaan perencanaan, pelaksanaaan dan/ atau pengawasan jembatan dengan pengalaman kerja minimum 7 tahun termasuk minimum 3 tahun di satu bidang pekejaan jembatan dan/ atau digabung dengan sertifikat pelatihan dari lembaga terakreditasi.. Pada intinya pengaturan konfigurasi keahlian tersebut didasarkan pada pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja dan keluasan bidang pekerjaan. Konfiguarasi tersebut lebih sederhana, tetapi akan memberikan motivasi kepada tenaga ahli untuk menungkatkan jenjangnya. Yang menentukan seseorang kompeten bukan dari latar belakang pendidkan dan jumlah pengalaman kerja, tetapi hasil uji kompetensi terhadap pemenuhan persyaratan kompetensi yang tertuang dalam SKKNI. Latar belakang pengalaman pendidikan dan pengalaman hanya sebagai persyaratan minimum dan indikasi dasar untuk penilaian kompetensi.
d. Penyusunan kurikulum pelatihan dan pendidikan berdasarkan SKKNI yang telah disusun lengkap dengan standar modul ajarnya.
e. Pengembangan kerja sama antara asosiasi profesi dengan perguruan tinggi untuk lebih mengintegrasikan kompetensi akademis dengan praktis, sehingga lulusan perguruan tinggi sudah lebih siap bekerja di bidang jembatan.

b. Penelusuran Calon Tenaga Ahli Bertalenta di Bidang Jembatan

Asosiasi profesi bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan di bidang jembatan mengupayakan beasiswa pendidikan bagi mahasiswa yang memiliki talenta dalam pengembangan konstruksi jembatan. Beberapa tantangan yang perlu dijawab oleh sumber daya manusia yang handal dan berdedikasi tinggi antara lain adalah:
a. Tenaga ahli dalam penyelenggaraan jembatan bentang panjang
b. Pemenuhan kebutuhan tenaga ahli Sistem Manajemen Pemeliharaan Jembatan di provinsi, kabupaten dan kota.
c. Tenaga ahli perawatan jembatan yang mampu menerapkan hasil inovasi teknologi meriksaan dan perbaikan komponen jembatan

c. Pengembangan Profesionalisme Berkelanjutan di Bidang Jembatan

Penyusunan program pelatihan dan pendidikan dalam pengembangan profesionalisme tenaga ahli jembatan berkelanjutan, termasuk di dalamnya program seminar, loka karya dan rangkaian pembahasan terfokus. Kemungkinan untuk mengintegrasikan program pelatihan dan program pendidikan perlu dipertimbangkan dan dikaji baik konsep maupun penerapannya

d. Kesempatan Pendidikan Bidang Jembatan di Luar Negeri

Perkembangan teknologi terkait dengan konstruksi jembatan di negara maju sangat pesat. Dengan adanya teknologi komputer, bentuk struktur yang rumit dapat dihitung dengan cepat. Selain struktur, material yang digunakan pun semakin bervariasi dan menghasilkan karakteristik material yang lebih kuat, lebih ringan, lebih kaku atau fleksibel. Permasalahannya menimba ilmu di negara maju relatif mahal. Perbandingannya biaya pendidikan di lua negeri sekitar 8 kali di dalam negeri.

Oleh karena itu, 5% - 10% mahasiswa di bidang jembatan diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan di negara maju. Keilmuan yang perlu didalami adalah keilmuan yang kurang tersedia di dalam negeri. Bidang-bidang terakit dengan jembatan yang perlu dipelajari, antara lain:struktur jembatan, teknologi material, teknologi peralatan pemeriksaan dan perawatan jembatan, ICT monitoring dan evaluasi kondisi jembatan, Sistem Manajemen Jembatan, dll.

e. Pembelajaran dari Penyelenggaraan Proyek Strategis

Penyediaan tenaga ahli tidak dapat dilakukan secara instan melalui pendidikan dan pelatihan. Jalur pendidikan hanya dapat memberikan sumbangan berupa ilmu-ilmu dasar akan substansi teknis sedangkan jalur pelatihan hanya memberikan sumbangan berupa peraturan umum tentang lapangan dan teknik aplikasi di lapangan.

Penyelenggaraan jembatan bentang panjang di dalam negeri merupakan kesempatan baik dan langka bagi para pemangku kepentingan. Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi dan tingkat kesulitan yang tinggi pada setiap tahap pelaksanaan konstruksi merupakan sumber pembelajaran bagi seuluh pemangku kepentingan di bidang jembatan.

Para pengelola jembatan dan pengelola bidang konstruksi mempunyai kesempatan untuk memilih berbagai alternatif penyelenggaraan jembatan yang paling sesuai dengan kondisi lapangan dan ketersediaan sumber daya. Berbagai permasalahan teknis dan nonteknis yang timbul dalam setiap tahap konstruksi dibahas bersama dalam brbagai forum. Keterlibatan secara langsung dalam suatu proses memberikan pengalaman dan pendalaman atas berbagai masalah yang dihadapi. Hasil pengalaman langsung, pengamatan dan pembahasan tersebut dapat dijadikan dasar oleh para pengelola dan pembina untuk merumuskan berbagai kebijakan penyelenggaraan jembatan nasional mencakup sitem penyelenggaraan, sumber daya manusia, tekonologi, material dan peralatan.

Dalam setiap penyelenggaraan infratsruktur yang nilainya besar selalu melibatkan, penyedia jasa konstruksi. Tidak tertutup kemungkinan, penyedia jasa nasional dapat menjadi kontraktor atau konsultan utama. Namun yang perlu dirancang sejak awal adalah keterlibatan penyedia jasa spesialis untuk mengerjakan pekerjaan spesifik yang terdapat dalam proyek jembatan bentang panjang.

Teknologi dan metode baru yang diterapkan, material dan peralatan baru yang digunakan, dan permasalahan yang timbul dalam setiap tahap konstruksi merupakan sumber penelitian dan penegmbangan bagi para peneliti di bidang jembatan. Pembina teknis, praktisi di lapangan dan peneliti perlu bekerja sama untuk menghasilkan sistem penyelenggaraan jembatan nasional yang lebih berkualitas dan sesuai dengan kondisi nasional.

Semua lapisan masyarakat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendapatkan manfaat dari proyek jembatan bentang panjang. Selama masa konstruksi, pengelola proyek diharapkan dapat membentuk suatu Unit Pusat Pembelajaran. Siapapun yang tertarik untuk mengetahui lebih dalam terkait dengan penyelenggaraan jembatan tersebut dapat mendatangi Unit Pusat Pembelajaran tersebut. Unit tersebut menyediakan berbagai program layanan pembelajaran dari hanya sekedar pemberian informasi sampai dengan berbagai jenjang pelatihan. Dengan adanya Unit Pusat Pembelajaran tersebut, anak-anak yang masih duduk di taman kanak-kanak pun sebagi generasi penerus bangsa, dapat dikenalkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi jembtan sejak dini. Kesan itu akan lebih mudah tertanam di dalam pikirannya, karena mereka dapat langsung melihat fisiknya di lapangan.

Selama ini peneglolaproyek sering merasa direpotkan ketika ada mahasiswa yang ingin praktik kerja di proyeknya. Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi, apalagi di proyek-proyek yang bernilai strategis, karena mereka sangat langka mendapatkan kesempatan emas tersebut. Malahan diharapkan Unit Pusat Pembelajaran secara proaktif dapat menawarkan kesempatan tersebut ke berbagai perguruan tinggi. Apabila peminatnya lebih banyak dari kapasitas yang tersedia, maka dapat dilakukan proses seleksi. Apabila kegiatan praktik kerja tersebut dapat dikelola dan diprogramkan dengan baik, tentu akan menghasil manfaat yang lebih baik bagi pembinaan sdm yang seharusnya menjadi tanggung jawab kita bersama.

Perhatian khusus perlu diberikan kepada para calon atau ahli muda di bidang jembatan. Perlu diupayakan sedemikian rupa agar mereka memiliki akses seluas-luasnya untuk berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan jembatan bentang panjang.

Proses pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya terkait dengan permasalahan praktis harus dilakukan secara berkelanjutan. Oleh karena itu dokumentasi hasil pelaksanaan, terutama pada proyek-proyek strategis, harus dikelola dengan baik. Di tingkat nasional sebaik ada unit pusat pembelajaran konstruksi yang mencakaup dokumentasi berbagai contoh jembatan yang telah dan akan dibangun di Indonesia. Jembatan-jembatan strategis tersebut antara lain: Jembatan Gantung Memberamo (235 meter), Jembatan Cable Stayed Balerang (385 meter), Jembatan Pelengkung Beton Rempang Galang di Batam (350 meter), Jembatan Suramadu (total 5.438 meter dengan jembatan utama cable stayed 192 + 434 + 192) meter, Jembatan Rangka Baja Kerasak (122 meter), Jembatan Prestressed Cantilever Box Rajamandala (132 meter), Jembatan Balanced Cantilever Concrete Box Girder Tonton – Nipah (160 meter), dan Jembatan Pelengkung Baja Kahayan (150 meter).
Batam dan Surabaya adalah kota-kota yang sering dikunjungi dalam rangka bisnis ataupun wisata. Jalan Tol Purbaleunyi termasuk ruas jalan yang sering dilewati oleh pengendara dari Kota Bandung ke Jakarta. Batam dan Surabaya memiliki konstruksi jembatan bentang panjang dan ruas tol Purbaleunyi memiliki contoh pembangunan jalan dan jembatan yang sangat menarik. Di ketiga tempat tersebut perlu dibangun unit pusat pembelajaran konstruksi, sehingga orang-orang yang singgah di Batam, Surabaya dan tempat peristirahatan Tol Purbaleunyi, khususnya para pelajar dan mahasiswa, dapat mengunjungi pusat pemebelajaran tersebut.

Profil Sertifikasi Keahlian Terkait Dengan Bidang Jembatan

Jembatan adalah bagian dari jalan, walaupun ada jembatan yang tidak berfungsi untuk jalan. Jembatan adalah bagian dari struktur, walaupun ada dari bagian jembatan yang tidak termasuk dalam kelompok struktur. Pondasi jembatan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari struktur bangunan bawah dan bangunan atas jembatan, sehingga keahlian pondasi pun termasuk dalam keahlian struktur. Di sisi lain sebagian besar pondasi terletak di atas dan di dalam tanah sehingga, keahliannya masuk dalam keahlian tanah. Pondasi yang terapung di atas air atau melayang di dalam air tidak termasuk keahlian tanah.

Di Indonesia terdapat sekitar 88.000 buah jembatan, termasuk di dalamnya 32.000 buah jembatan dengan panjang total sekitar 54.000 meter berada di jalan nasional dan provinsi. Jumlah jembatan yang melintasi sungai dengan lebar lebih dari 100 meter hanya sekitar 1750 buah.

Secara umum keterdiaan tenaga ahli konstruksi di Indonesia jumlahnya masih sangat terbatas. Kebutuhan tenaga ahli konstruksi di Indonesia sekitar 375.000 orang, sedangkan tenaga ahli yang sudah tersertifikasi baru sekitar 99.852 orang. Sebagian besar tenaga ahli tersebut berkualifikasi ahli muda.

Data dari LPJKN (19 Juni 2009), HPJI memiliki 27.141 orang tenaga ahli di bidang transportasi termasuk bidang jalan dan jembatan, sekitar 3000 orang diantaranya adalah ahli jembatan. Dari jumlah tersebut hanya kurang dari 50 orang yang memiliki kalifikasi Ahli Utama bidang jembatan. Kita tidak dapat mengatakan jumlah ini disebut kurang atau lebih, hal ini tegantung seberapa besar demand akan pembuatan jembatan panjang di Indonesia. Demand yang ada memang tergantung dari program pembangunan nasional khususnya pengembangan pada pembuatan jembatan-jembatan panjang untuk menghubungkan antarpulau dan tergantung pula pada tingkat perekonomian masyarakat.

Mengingat keahlian terkait dengan bidang jembatan jalan raya bisa masuk dalam berbagai kelompok keahlian, maka saat ini sebagian keahlian tersebut terhimpun dalam beberapa asosiasi, antara lain: Himpunan Pengembang Jalan Indonesia (HPJI), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI), Persatuan Ahli Teknik Indonesia (PATI), Himpunan Ahli Beton Prategang Indonesia, dan Himpunan Ahli Tanah Indonesia (HATI).

Belum semua keahlian yang dibutuhkan pada bidang jembatan memiliki sertifikat komopetensi yang sama dengan identitas keahliannya. Saat ini identitas keahlian tertentu ditunjukan dengan riwayat pengalaman kerjanya. Asosiasi terkait dengan jembatan diharapkan dapat melakukan evaluasi sejauh mana kondisi ini dapat mendukung penyelenggaraan jembatan jalan raya dengan efisien dan efektif. Jika belum menunjukkan produktivitas penyelenggaraan jembatan yang berkualitas sesuai dengan harapan, apakah perlu dibentuk asosiasi profesi khusus jembatan jalan raya? Atau sekurang-kurangnya dalam tubuh asosiasi yang telah ada dibentuk bagian keprofesian secara khusus, yaitu kelompok keahlian jembatan jalan raya. Memang benar bahwa dibentuknya kelompok keprofesian secara khusus tidak akan menjamin kondisi penyelenggaraan jembatan akan lebih baik, tetapi adanya perhatian khusus akan lebih memberikan harapan perbaikan yang lebih tinggi.

Alternatif lain adalah menyederhanakan kelompok keahlian. Kebutuhan pekejaan konstruksi jalan dan pekerjaan konstruksi jembatan relatif besar. Sampai saat ini ratusan ribu km jalan dan puluhan ribu km jembatan jalan raya telah dibangun. Ke depan pengembangan jaringan jalan dan jembatan masih tetap dibutuhkan mengingat jumlah panjang km perkapita atau perluas wilayah masih relatif kecil dan geografis Indonesia yang memiliki banyak lembah dan sungai. Oleh karena itu kelompok keahlian jalan dan jembatan dapat dipisah.

Sebagaimana dibahas di depan, pekerjaan di bidang jembatan memerlukan banyak jenis keahlian. Keahlian tersebut belum dipecah lagi berdasrkan tingkat kompetensinya, apakah ahli muda, madya atau utama. Apabila mesyarakat tenaga ahli konstruksi dibebani kewajiban memiliki sertifikat yang sesuai untuk setiap jenis pekerjaan terkait jembatan, tentu menimbulkan biaya tinggi. Masyarakat tenaga ahli seharusnya diberi ruang alternatif, yaitu pertama, memiliki sertifikat dari kelompok keahlian spesifik yang sesuai dengan bagian pekerjaan jembatan yang sedang dilakukan; kedua, memiliki sertifikat dari kelompok keahlian jembatan secara umum ditambah dengan persyaratan porto folio atau sertfikat pelatihan kompetensi yang sesuai.

Peningkatan jenjang keahlian tergantung pada jumlah pengalaman dan variasi jenis pekerjaan di bidang jembatan. Ahli jembatan senior bisa dicapai setelah sekian lama menekuni pekerjaan yang sama atau telah bekerja di berbagai bidang pekerjaan jembatan. Kenyataannya selama ini, remunerasi yang diterima seorang tenaga ahli bukan ditetapkan berdasarkan sertifikasi jenjang keahliannya, tetapi dari jumlah pengalaman kerja sejenis yang dimilikinya.

Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional untuk berbagai bidang pekerjaan jembatan tetap diperlukan, Ketersediann SKKNI tersebut dapat digunakan untuk proses sertifikasi keahlian, tetapi tidak bersifat kewajiban. Tenaga ahli dapat memilih proses ssertifikasi sesuai dengan alternatif di atas, yaitu melalui keahlian spesifik atau keahlian jembatan secara umum. Fungsi utama SKKNI adalah untuk dijadikan acuan dalam penyusunan kurikulum pelatihan dan pendidikan keprofesian oleh lembaga diklat terakreditasi. Sertifikat pelatihan dan pendidikan terkreditasi yang dijadikan salah satu dasar untuk menilai kompetensi seseorang dalam pekerjaan jembatan tertentu, selain pengalaman kerjanya di bidang tersebut yang dibuktikan melalui porto folio.

Sampai saat ini baru tersedia 13 SKKNI di bidang jembatan. Berdasarkan peta tenaga keahlian bidang jembatan di atas sekurang-kurangnya dibutuhkan sekitar 50 SKKNI.